Deena Abdulaziz, putri Kerajaan Arab yang aktif di dunia fashion

Screenshot salah satu foto unggahan Putri Deena Aljuhani Abdulaziz di Instagram (instagram.com/deenathe1st)

Deena Abdulaziz, putri Kerajaan Arab yang aktif di dunia fashion - Putri Deena Aljuhani Abdulaziz tidak hanya terkenal karena menjadi anggota keluarga Kerajaan Arab, tetapi juga berkat kiprahnya di dunia fashion.

Menurut laman nymag.com, istri dari Pangeran Sultan bin Fahad bin Nasser bin Abdulaziz itu lahir di California dan kerap berpergian menghabiskan waktu antara Timur Tengah dan Amerika Serikat.

Putri Deena saat ini menjabat sebagai pemimpin redaksi di majalah fashion Vogue Arabia dan menjalankan bisnis di bidang tersebut bernama D'NA.

Dia juga berperan dalam melahirkan desainer-desainer baru seperti Prabal Gurung, Jason Wu, Mary Katrantzou dan Erdem.

Saat ini Putri Deena juga sedang mendukung desainer lokal di tanah Arab, yang didukung oleh Dubai Design and Fashion Council guna membuat talenta desainer semakin dikenal dunia.

Di media sosial, khususnya Instagram, ia juga aktif mengunggah foto dan video yang jumlahnya kini mencapai 7.554. Akun @deenathe1st itu memiliki 61,5 ribu pengikut.

Sumber:
Antara

Jasa Pembebas Sunda Kelapa


Para pekerja memindahkan tong ke atas kapal untuk dikirim ke Palembang di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (2/12).
Jasa Pembebas Sunda Kelapa -- Fatahillah menjadi tokoh Muslim yang memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan Nusantara melawan bangsa penjajah. Ia adalah aktor yang berjasa mengusir Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa, kemudian mengubah nama daerah tersebut menjadi Jayakarta, yang artinya kota kemenangan.

Terdapat beberapa pendapat tentang riwayat atau asal usul Fatahillah. Beberapa kalangan mengatakan, ia berasal dari Pasai, Aceh Utara. Daerah yang akhirnya dikuasi Portugis tersebut membuat Fatahillah terpaksa meninggalkan Pasai, kemudian pergi ke Makkah. Setelah ke Makkah, ia pulang kembali ke  tanah Jawa, yakni Demak.

Ada pula kalangan yang mengatakan, Fatahillah merupakan putra dari raja Makkah (Arab) yang menikah dengan putri raja Pajajaran. Pendapat hampir serupa menyebut Fatahillah dilahirkan pada 1448 dari pasangan Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina, dengan Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran, Raden Manah Rasa.Kendati cukup banyak pendapat tentang asal usulnya, Fatahillah diperkirakan menginjakkan kakinya di tanah Jawa pada 1525.

Kala itu, ia juga telah menyadari adanya ancaman kehadiran Portugis yang telah difasilitasi oleh Kerajaan Pajajaran melalui perjanjian Padrao (1522).Menurut sejumlah sumber sejarah, raja Sunda menyambut hangat kedatangan bangsa Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik takhta menggantikan ayahnya dan bangsa Portugis memanggilnya dengan sebutan "Raja Samio".

Kala itu, raja Sunda menyepakati perjanjian persahabatan dengan raja Portugis dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal mereka. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai, maka dia akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis.

Dengan kata lain, Sunda Kelapa memang berada di wilayah Kerajaan Pajajaran dan kerajaan tersebut bermaksud mengundang Portugis demi mengamankan eksistensinya atas apriori terhadap perkembangan Islam di pulau Jawa. Sedangkan, dalam sudut pandang Fatahillah, kehadiran Portugis di Sunda Kelapa adalah ancaman regional terhadap seluruh kerajaan di Nusantara, khususnya pulau Jawa.Hal tersebut yang menyebabkan Fatahillah mengerahkan armada perangnya untuk merebut Sunda Kelapa.

Sebelum menuju Sunda Kelapa, Fatahillah yang berangkat dengan armada perang Demak, terlebih dulu menuju ke Kesultanan Cirebon guna menggabungkan kekuatan (aspek maritim). Setelah itu, armada Fatahillah menuju Banten, yang memang telah bergolak melawan Pajajaran.
Tumbangnya Banten dari Pajajaran dan sebagian besar pemberontak di sana semakin menambah besar daya pukul kekuatan (fire power) armada Fatahillah. Pada 1526,  Alfonso d'Albuquerque mengirim enam kapal perang dibawah pimpinan Francisco de Sa menuju Sunda Kelapa. Kapal yang dikirim adalah jenis galleon yang berbobot hingga 800 ton dan memiliki 21-24 pucuk meriam. Armada itu diperkirakan membawa prajurit bersenjata lengkap sebanyak 600 orang.

Pada tahun yang sama, Sultan Trenggono mengirimkan 20 kapal perang bersama 1.500 prajurit di bawah pimpinan Fatahillah menuju Sunda Kelapa. Armada perang Demak terdiri dari kapal tradisional jenis Lancaran dan Pangajawa yang ukurannya jauh lebih kecil dari galleon.Pada awal 1527, Fatahillah menggerakkan armadanya ke Sunda Kelapa. Sementara, pasukan Banten secara bertahap menduduki wilayah demi wilayah Pajajaran dari arah Barat.

Pasukan Cirebon bergerak menguasai wilayah Pajajaran bagian Timur Jawa Barat. Dalam kondisi itu, Sunda Kelapa telah dipertahankan oleh Kerajaan Pajajaran secara kuat, baik di darat maupun laut.Setelah melalui pertempuran sengit, pada 22 Juni 1527, armada perang yang dipimpin Fatahillah akhirnya berhasil menaklukkan pasukan Portugis.

Pascakemenangan tersebut, Fatahillah didaulat menjadi gubernur di Sunda Kelapa. Fatahillah pun mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang merupakan cikal bakal lahirnya kota Jakarta. (republika.co.id)

Haji Tanpa Pergi Ke Baitullah


Haji Tanpa Pergi Ke Baitullah - RABI’ bin Sulaiman al-Muradi rah adalah murid Imam Asy-Syafi’i, ia menulis kitabnya Al-umm Dab kitab Ushul Fiqih yang pertama di dunia yaitu Risalah Al-Jadidah. Rabi’ yang pertama kali menyebarkan Mahzhab Asy-Syafi’i.

Pada suati ketika Rabi’ bin Sulaiman berangkat haji bersama saudara laki-lakinya dan kafilah haji lainnya. Ketika tiba di Kufah, ia pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan diperjalanan.

Di suatu jalan sepi, ia melihat sosok perempuan yang sangat miskin sedang memotong-motong daging bangkai keledai dan dengan tergesa-gesa perempuan itu memasukan daging bangkai tadi kedalam kantongnya.

Melihat perbuatan tidak lazim itu, Rabi’ mencurigai jangan-jangan daging bangkai itu akan dijual kepada orang lain. Lalu ia bertekad untuk mencegahnya, ia pun mengikuti perempuan tersebut dari belakang dengan sembunyi-sembunyi.

Terus menyusuri jalan sepi, kemudian ke pasar hingga akhirnya perempuan itu pergi ke rumah besar. Perempuan itu mengetuk pintu rumah yang besar itu, dan ada sahutan dari dalam setelah perempuan itu memberitahukan siapa dirinya kemudian keluar 4 gadis membukakan pintu, dengan cepat perempuan itu masuk dan memberikan kantong itu kepada gadis-gadis itu, lalu terdengarlah suara tangisan mereka.

Rabi’ terus memperhatikan mereka dari jauh. Jelas, tampak mereka sangat kelaparan kemudian Rabi’ mendekat dan mencoba mendengar perbincangan mereka dari dalam.

Terdengar samar-samar perempuan  tua berkata, “Ambilah daging ini, dan masaklah untuk makan kalian. Bersyukurlah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha kuasa diatas segalanya dan Dia berkuasa membolak-balikan hati manusia”.

Rabi’ mengintip kedalam, ternyata gadis-gadis itu memotong-motong daging dan memanggangnya. Setelah matang, merekapun mulai memakanya. Menyaksikan itu Rabi’ merasakan ngilu didalam hatinya dan gelisah tak terkira sehingga ia terpaksa berteriak kepada mereka, “Wahai, hamba-hamba Allah jangan kalian makan daging itu!”

“Hei siapa kamu?” teriak mereka terkejut.

“Aku pendatang dikota ini,” jawab Rabi’.

Wanita berteriak, “Hai orang asing! Apa yang engkau mau dari kami? Kami sedang dalam penderitaan yang cukup parah, sudah tiga tahun tidak ada seorang pun yang menolong kami, jadi apa yang kau inginkan dari kami?”.

Rabi’ menjawab, “Dalam agama apapun tidak dibenarkan memakan daging bangkai, kecuali sebagian orang majusi.”

Wanita menjawab, “Kami masih keturunan Rasulullah SAW. Ayah gadis-gadis ini adalah seorang sayid yang mulia.”

Dia berencana menikahkan gadis-gadisnya dengan laki-laki yang sederajat. Namun sebelum niatnya terlaksana dia meninggal dunia. Sejak itu harta yang dia tinggalkan untuk kami perlahan habis. “Kamu tahu, bahwa agama kita membolehkan memakan bangkai tapi dalam keadaan terpaksa hal itu dibolehkan, kami sudah empat hari tidak menemukan makanan apapun, sehingga kami sangat kelaparan. Yang ada hanyalah bangkai ini.”

Rabi’ sedih bukan kepalang dan menangis, bergegas pergi meninggalkan mereka. lalu, ia menemui saudaranya yang menemaninya haji. Rabi katakan padanya bahwa ia membatalkan ibadah hajinya.

Tentu saudaranya sangat kaget, dia menyarankan agar Rabi’ meneruskan perjalanan hajinya. Dia merayu Rabi’ dengan menyampaikan keutamaan-keutamaan ibadah haji dan ampunan dosa yang didapat bagi orang yang menunaikan ibadah haji.

Namun Rabi’ hanya diam dan langsung mengambil pakaian ihram serta barang-barangnya meninggalkan rombongan haji, ia langsung menuju ke pasar.

Ia membeli tepung sebanyak dua ratus dirham, pakaian seratus dirham dan beberapa barang lainnya, kemudian membawanya ke rumah wanita tersebut dengan menyisipkan uang selebihnya ke dalam tepung. Ketika ibu dan para gadis itu menerimanya, mereka langsung memanjatkan syukur kepada Allah.

Ibu itu berkata kepada Rabi, ”Wahai, ibnu Sulaiman, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang, semoga Allah SWT memberimu pahala haji dan surga yang tinggi, Semoga Allah memberikanmu ganti yang lebih baik daripada apa yang kau berikan kepada kami dan engkau kelak akan mengetahuinya”.

Gadis pertama berkata, “Semoga Allah memberimu balasan yang lebih banyak daripada apa yang telah engkau berikan kepada kami”.

Gadis kedua berkata, “Semoga Allah memberimu balasan yang lebih banyak daripada yang telah engkau berikan kepada kami”.

Gadis ketiga berkata, “Semoga Allah membangkitkan mu pada hari kiamat bersama kakekku Rasulullah SAW.”

Dan gadis keempat berkata,“Ya Allah, orang yang memberi kami, maka berilah dia sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya, dan ampunilah dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang”.

Setelah menunaikan semua itu, Rabi’ terpaksa tinggal di Kufah, sedangkan kafilah hajinya tetap meneruskan perjalananya menuju ke Baitullah. Ketika mereka kembali dari haji, Rabi’ menyambut mereka dengan harapan mereka akan mendoakannya degan keberkahan haji mereka.

Ketika pandangan mata Rabi’ melihat jamaah pertama yang tiba, ia merasa sedikit menyesal karena tidak jadi menunaikan haji. Ia sedih dan air matanya berlinang, ia menyambut mereka dan berkata,  “Semoga Allah menerima hajimu dan memberimu pahala atas semua yang telah engkau belanjakan disana”.

Salah seorang dari mereka berkata pada Rabi, “Hei apa yang engkau katakan?”

Rabi’ menjawab, “Itu adalah dia harapan dari seorang yang gagal mendapatkan rahmat untuk hadir dirumah-Nya”.

Temannya menjawab lagi “Aneh, siapa yang gagal berhaji? Bagaimana engkau menolak kehadiranmu sendiri disana? Bukankah engkau berkata sama kami ketika di Arafah? Engkau juga bersama-sama kami ketika jumrah? Bukankah engkau juga tawaf bersama-sama kami?”

Ia terdiam dan berpikir mungkin ini anugerah dari Allah SWT, ia duduk menunggu disitu, kemudian para haji yang lain tiba. Lalu, ia mendoakan seperti ia mendoakan haji sebelumnya. “Semoga Allah menerima hajimu dan memberimu pahala karena mujahadahmu dan hartamu yang telah digunakan di jalan-Nya.”

Mereka terkejut, mereka menyatakan bahwa Rab’I juga turut hadir bersama mereka di Arafah, di Mina dan tempat lainnya. Mereka sangat terkejut ketika Rabi’ mengingkarinya. Salah seorang dari mereka berkata,

“Wahai saudaraku, mengapa engkau mengingkarinya? Apakah maksud dari semua ini? Bukankah engkau bersama-sama kami di Mekah dan Madinah? Bahkan ketika di Madinah ketika kita keluar dari Babu Jibril, engkau menitipkan tas kepadaku karena orang berdesak-desakan disekitar kita.”

“Nah, sekarang ambillah tas uang mu ini”.

Orang itu menyerahkan sebuah tas hitam dan ditas itu ada tulisan “Siapa yang bermuamalah dengan Kami akan beruntung”.

Ia berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melihat tas uang ini seumur hidupku”.

Dengan penuh heran dan ragu ia terpaksa menerima tas itu, setelah shalat isya dan menyelesaikan wirid malamnya, ia merebahkan badannya sambil memikirkan kisah yang ganjil itu. ia telah hadir menunaikan haji, padahal ia sendiri tidak berangkat haji.

Sibuk memikirkan keganjilan tersebut, akhirnya ia pun tertidur dan bermimpi bertemu Rasulullah. Ia memberi salam kepada Rasulullah dan mencium tangannya. Dengan senyum yang cerah Rasulullah menjawab salamnya dan bersabda kepadanya, “Wahai Rabi’, berapa orang saksi lagi yang engkau kehendaki, sehingga engkau percaya bahwa engkau telah menunaikan ibadah haji? Namun, engkau belum mempercayainya. Dengarkanlah dengan kebaikan hatimu engkau telah membatalkan hajimu dan sebaliknya, biaya hajimu telah engkau berikan kepada wanita dari keturunanku. Maka ketika engkau memberikan perbekalanmu kepada mereka, aku berdoa kepada Allah agar menganugerahkan bagimu pahala yang lebih baik dan lebih menguntungkan sebagai gantinya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat menyerupaimu dan memerintahkannya agar berhaji untukmu setiap tahun, bahkan untuk selama-lamanya di dunia ini. Allah telah memberikan enam ratus uang mas sebagai ganti enam ratus dirham yang telah engkau belanjakan, siapa yang bermuamalah dengan Kami pasti beruntung”
(Republika.co.id)

Divrigi Warisan Dunia





Divrigi Warisan Dunia -- Jauh di tenggara Provinsi Sivas di Anatolia Timur, terdapat Pegunungan Divrigi yang merupakan tempat persembunyian sekte Kristen Paulican. Mereka berada di bawah kekuasaan Basil I, lalu John Tzimisces yang melarikan diri ke Thrace.

Pada 1071, Divrigi jatuh ke tangan Turki. Pada 1118, kota itu diberikan kepada dinasti Mengujubey dan Mengujukid. Pemerintahan ini berjalan tanpa gangguan sampai pendudukan Mongol pada 1277.

Bangunan ini berada di bagian barat laut Kastil Divrigi. Masjid didirikan pada 1229 oleh Ahmad Shah. Ia menganugerahkan ini untuk istrinya yang merupakan seorang kepala rumah sakit.

Bagi sebagian orang, gabungan antara masjid dan rumah sakit merupakan sebuah kombinasi yang aneh. Namun, bila mengunjungi Masjid Agung dan Rumah Sakit Divrigi di Anatolia, Turki, pengunjung akan terpesona dengan bangunannya. Hal ini akan membuktikan bahwa gabungan tempat spiritual dan penyembuhan fisik merupakan kombinasi yang masuk akal.

Dua bagian masjid dan rumah sakit ini masing-masing memiliki daya tarik tersendiri. Ruangan masjid memiliki dua kubah di atasnya. Satu kubah berbentuk kerucut. Terdapat dua akses untuk masuk ke dalamnya, yaitu pintu utara yang merupakan pintu utama dan pintu barat.

Sedangkan untuk rumah sakit, pengunjung dapat masuk melalui pintu utama di sebelah barat. Arsitektur bangunan gabungan ini berasal dari Antolia. Ciri khas yang paling terlihat adalah dari bentuk pintu masuknya yang selalu menjorok ke luar dan lengkungan yang terdapat di atas gerbang tersebut.

Bangunan masjid lebih luas daripada rumah sakit. Masjid dibagi menjadi lajur-lajur yang mengarah ke kiblat. Sedangkan, di rumah sakitnya berjejer tempat tidur untuk pasien. Selain rumah sakit, tempat itu juga dipakai untuk madrasah kedokteran dan sebagai rumah sakit jiwa.

Kompleks ini merupakan yang tertua di Anatolia. Bangunan bersejarah ini ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Bangunan persegi panjang ini menempati lereng sebelah barat laut Kastil Divrigi. (Republika)

Warisan Seljuk dalam Gaya Arsitektur Masjid


DINASTI Seljuk merupakan satu dari dua dinasti yang menguasai Turki paling lama setelah Turki Usmani. Hampir 300 tahun Dinasti Seljuk menguasai Anatolia (yang termasuk wilayah Turki). Tak heran jika arsitektur di daerah tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh gaya dinasti ini.

Kekaisaran Seljuk yang berkuasa dari abad ke-11 hingga 14 M dikenal sangat mendukung perkembangan kebudayaan, salah satunya adalah seni bangunan. Maka tidaklah heran jika pada masa kekuasaan Seljuk berdiri banyak bangunan dengan arsitektur yang mengagumkan.

Seljuk mewarisi dan dipengaruhi dua peradaban Anatolia yang berbeda, yaitu Hitties dan Urraltus. Namun, hanya sedikit dari bangunan dengan arsitektur Seljuk yang tersisa. Bencana meruntuhkan hampir sebagian besar dari bangunan-bangunan yang diwariskan peradaban Islam di era keemasan Seljuk tersebut.

Arsitek dunia mencatat ada dua arsitektur Seljuk yang paling terkenal, yaitu caravanserai dan madrasah. Caravanserai merupakan tempat singgah bagi pedagang. Selain dua hal tersebut, arsitektur masjid juga banyak dipengaruhi oleh gaya Seljuk.

Salah satu masjid yang  masih berdiri megah dan merupakan peninggalan arsitektur Seljuk adalah Masjid Agung dan Rumah Sakit Divrigi. Masjid tersebut didirikan pada masa kekuasaan Emir Ahmad Shah. Masjid ini dibangun pada abad pertengahan sekitar tahun 1229. Pada saat yang sama, istri Ahmad, Melike Turhan Malik, mengepalai sebuah rumah sakit.

Arsitektur masjid tersebut menunjukkan ciri khas dinasti Seljuk, terutama pada pintu masuknya. Ciri khas arsitektur Seljuk terdapat pada pintu masuknya yang menjorok ke depan dibandingkan dinding bangunan. Gerbang depan ini diukir dan dihias dengan bermacam-macam ornamen, flora, dan kaligrafi. Bagian atasnya yang terdapat lengkungan juga merupakan salah satu ciri khas. (Republika.co.id)

Solusi Mengobati Batuk Kering secara Alami

Solusi Mengobati Batuk Kering secara Alami - Batuk kering biasa disebut dengan batuk tidak berdahak, karena pada batuk ini tidak mengeluarkan lendir. Batuk kering yang dibiarkan akan membuat tenggorokan iritasi dan sakit, maka jauhilah rokok, minum es dan makan makanan berminyak yang berlebihan. Batuk kering bisa jadi merupakan reaksi dari penyakit saluran pernafasan, seperti TBC, kanker paru-paru, dan sebagainya. Batuk kering juga bisa sebagai reaksi dari alergi, jika ini terjadi maka anda harus menghindari allergen yang menyebabkan batuk kering. Dikutip dari laman Aktualita, berikut beberapa cara mengobati batuk kering alami yang bisa anda lakukan :

1. Jahe.
Rempah yang terkenal menghangatkan tubuh ini ternyata juga bisa digunakan sebagai obat batuk. Anda bisa memasukannya dengan teh, sehingga lebih nikmat. Caranya yaitu : bersihkan dan tumbuk kasar jahe, kemudian campurkan dengan segelas the hangat. Minum 2 kali sehari hingga batuk reda.

2. Jeruk Nipis dan Kecap.
Jeruk nipis diketahui dapat meredakan batuk kering, campurkan dengan kecap untuk meminimalisir rasa asam pada jeruk. Caranya, campur 1 sendok makan air perasan jeruk nipis dan 1 sendok makan kecap. Minumlah 3 kali sehari secara teratur.

3. Kunyit.
Kunyit mempunyai fungsi sebagai antibiotic yang mampu menyembuhkan peradangan yang terjadi pada saluran pernafasan. Cara mengobati batuk kering alami dengan kunyit sangat mudah, yaitu campur 1 sendok makan bubuk kunyit (atau anda dapat memarutnya sendiri) dengan 1 sendok makan madu. Seduh kedua bahan tersebut dengan air hangat, dan minum selagi hangat rutin 2 kali sehari.

4. Cuka Apel.
Meminum cuka apel yang sudah dicampur dengan air hangat akan melegakan rasa sakit ada tenggorokan anda.

5. Daun Pegagan.
Daun pegagan juga dapat dijadikan sebagai obat herbal batuk kering. cara mengobati batuk kering alami dengan daun pegagan yaitu:
•    Siapkan 30 gr daun pegagan
•    Gula batu secukupnya
•    150cc air hangat
•    Blender daun pegagan bersama gula batu dan air
•    Setelah halus, saring dan minum rutin 2 kali sehari

6. Belimbing Wuluh.
Kegunaan belimbing wuluh sebagai batuk kering belum banyak diketahui. Rasa asam pada belimbing wuluh memberikan rasa nyaman pada gatal tenggorokan setelah meminumnya. Cara mengolahnya sebagai obat herbal batuk kering yaitu :
•    Bersihkan dan parut 10 buah belimbing wuluh
•    Campurkan dengan segelas air  lalu saring
•    Bisa tambahkan garam sesuai selera
•    Anda bisa meminumnya 2 kali sehari secara rutin

7.  Kayu manis
Rebus kayu manis, kemudian tambahkan gula dan garam. Ramuan ini bisa digunakan untuk melegakan tenggorokan akibat batuk kering.

8. Garam
Jika anda mengalami batuk kering, maka berkumurlah dengan air garam. Garam bisa membunuh bakteri yang menyebabkan iritasi pada tenggorokan.

9. Air putih
Perbanyak minum air putih memang punya banyak manfaat. Pada batuk kering, air putih membantu meredakan rasa gatal dan kering pada tenggorokan serta bisa menghindarkan tenggorokan dari lecet.

Itulah informasi tentang solusi mengobati batuk kering secara alami. Semoga penjelasan di atas bisa bermanfaat bagi anda.

Heboh Warga Rupit Temukan Ikan Leleh Berlapaz Allah


Heboh Warga Rupit Temukan Ikan Leleh Berlapaz Allah - Warga Desa Maur, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara Provinsi Sumatera Selatan jadi heboh. Soalnya, salah seorang warga menemukan Ikan Lele yang badannya berlapaskan Allah. Tak urung fenomena yang jarang terjadi ini bikin heboh, sehingga warga secara berbondong-bondong mendatangi rumah sang pemilik ikan.

Adalah Suhandi Yuzar, warga desa Maur sang pemilik ikan ajaib ini menceritakan awal dia mendapatkan Ikan tersebut. Ikan itu didapatnya dari mancing dilokasi perkebunan. Tanpa perasaan apa-apa ikan itu dibawahnya pulang.

“Jujur awalnya saya tidak tahu bahwa ikan lele yang didapat itu berlapazkan nama allah, bahkan ikan yang didapatnyapun tidak ada menariknya seperti ikan lele yang biasa, “ katanya.

Ia menjelaskan, sesampai di rumah istrinya Sulis Yanti (31) langsung mengambilkan wadah ikan untuk membersihkan ikan, namun seketika iapun kaget sebab istrinya memanggilnya memberitahu bahwa ikan lele terdapat lapaz Allah.

“Ya istri saya yang mengetahui bahwa dibadan ikan bertuliskan lapas Allah dan saya awalnya tidak percaya setelah dilihat secara jelas memang benar ikan tersebut memiliki tulisan Allah, “jelas Suhandi.

Lanjutnya mendengarkan bahwa ia mendapatkan ikan yang berlapaskan Allah, warga sekitarpun langsung berdatangan untuk melihat penomena tersebut. Namun sayangnya ikan tersebut sudah mati dan tidak dalam kondisi hidup, sebab ketika dapat ikan itu langsung dibunuh.

“Banyak warga yang datang untuk melihat secara jelas ikan yang berlapaskan Allah, bahkan keesok harinya masih saja warga datang walaupun ikan itu sudah dibekukan, “ tuturnya.

Apakah ada mimpi sebelum mendapatkan ikan itu, ? Suhandi menuturkan kalau sebelum mendapatkan ikan yang dimaksud tidak ada mimpi ataupun tanda-tanda, akan tetapi setelah mendapatkan ikan tersebut malamnya ia bermimpi diberikan oleh orang uang yang banyak.

“Kalau sebelum mendapatkan ikan tidak ada mimpi, namun setelah mendapatkan ikan bermimpi diberikan uang yang banyak, “bebernya seraya menambahkan bahwa ikan itu tidak untuk dimakan dan hanya disimpan dikulkas saja.

Aisyah binti Sa'ad bin Abi Waqqas, Perempuan Terakhir dari Kaum Muhajirin

foto: ilustrasi.
Aisyah binti Sa'ad bin Abi Waqqas, Perempuan Terakhir dari Kaum Muhajirin - Namanya adalah Aisyah, sama seperti Ummul Mukminin, Istri Rasulullah SAW, Aisyah binti Abu Bakar. Dia adalah Aisyah ash-Shughra binti Sa'ad bin Abi Waqqas. Aisyah binti Sa'ad dikenal sebagai ahli fikih dan ahli hadis. Maklum, dia adalah salah satu murid dari Ummul Mukminin.

Salah satu keutamaan Aisyah binti Sa'ad adalah penguasannya dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari fikih, hadis, tafsir, sejarah, bahkan strategi perang. Kemampuan Aisyah ini tidak terlepas dari asal keturunannya. Aisyah adalah putri dari salah satu sahabat Rasulullah SAW, Sa'ad bin Abi Waqqas.

Bahkan, Rasulullah sendiri yang telah menjamin Sa'ad menjadi salah satu penghuni surga. Sa'ad merupakan salah satu pahlawan Perang Uhud dengan terus melindungi Rasulullah SAW. Keberanian dan ketaatan ini ternyata turun ke Aisyah, terutama dalam hal kewajiban menuntut ilmu.

Aisyah lahir setelah kaum Muslimin hijrah ke Madinah, tepatnya pada 33 Hijriyah di akhir masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Sebagai putri dari salah seorang sahabat, Aisyah memang memiliki akses untuk bisa menimba ilmu kepada semua Ummul Mukminin atau istri-istri Rasulullah SAW.

Tapi, Aisyah kerap mendatangi Aisyah binti Abu Bakar untuk bisa menimba ilmu. Aisyah pun banyak belajar dan meniru kehidupan serta kesederhaaan para istri Nabi Muhammad SAW.

Termasuk, dalam hal beribadah. Aisyah binti Sa’ad turut mempelajari dan menirukan wudhu para istri Rasulullah SAW. Dia juga banyak bertanya kepada istri Rasulullah SAW terkait masalah-masalah agama dan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi seorang Muslimah.

Tidak hanya itu, Aisyah juga dikenal sebagai ahli ibadah. Dia bahkan dikenal selalu mengikuti shalat Isya berjamaah di Masjid Nabawi, Madinah. Tentunya, dengan tetap menjaga adab dan keselamatan bagi dirinya dan perempuan lain.

Perbuatan Aisyah ini bahkan disebut menjadi dalil bagi perempuan yang ingin melakukan shalat berjamaah di masjid, tapi tetap menjaga adab-adab Islami terhadap kaum perempuan. Selain belajar dari Ummul Mukminin, Aisyah juga menimba ilmu dari sang ayah, Sa’ad bin Abi Waqqas.

Alhasil, dengan ilmu yang berasal dari Ummul Mukminin dan ayahnya, Aisyah dikenal sebagai salah satu perawi hadis terpercaya dari kalangan tabiin. Kondisi ini juga diperkuat dengan sifat kesungguhan dan kehati-hatian dalam menjaga amanah yang dimiliki Aisyah. Ulama-ulama besar pun banyak yang meriwayatkan hadis dari Aisyah. Salah satu ulama besar ahli hadis, Imam Malik lebih memilih hadis yang diriwayatkan Aisyah binti Sa’ad.

Kapasitas keilmuan Imam Malik memang tidak bisa diragukan lagi. Tentu, dengan kapasitas itu, Imam Malik tidak akan begitu saja mengambil periwayat hadis. Tapi, Imam Malik memilih Aisyah binti Sa’ad sebagai satu-satunya wanita periwayat hadis. Imam Malik disebut tidak pernah meriwayatkan hadis dari wanita selain Aisyah binti As’ad.

Dari berbagai hadis yang telah diriwayatkan Aisyah, ada sejumlah hadis yang cukup populer, antara lain, soal mendoakan dan mengunjungi Muslim yang tengah sakit. Ini dilakukan agar dapat meringankan penderitaan si sakit.

Aisyah binti Sa’ad meriwayatkan bahwa ayahnya bercerita, ‘’Ketika saya di Makkah, saya mengadukan sakit yang begitu berat kepada Rasulullah SAW. Kemudian, Rasulullah SAW menjenguk saya. Kemudian, beliau menaruh tangan beliau dan mengusapkannya pada muka dan perut saya, seraya berdoa, ‘Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad dan sempurnakanlah hijrahnya.’’’

Selain itu, ada pula hadis yang menyebutkan soal penggunaan tasbih (as-sabhah) atau kerikil saat sedang berzikir. Sebagaimana hadis dari Aisyah binti Sa’ad dari ayahnya, ‘’Bahwa kami masuk bersama Rasulullah SAW ke rumah seorang wanita (yang sedang berzikir) dan ditangannya itu ada kerikil atau biji yang digunakan untuk bertasbih,’’ (HR Abu Daud). Hadis ini menjelaskan, Rasulullah SAW melihat orang menggunakan alat bantu dalam berzikir, tapi tidak melarangnya.

Memang, peran terbesar Aisyah binti Sa’ad adalah menyampaikan hadis yang didapatkannya dari sang ayah. Imam Nawawi menyebut, Sa’ad bin Abi Waqqash meriwayatkan setidaknya 270 hadis dari Rasulullah SAW. Hidup selama 84 tahun, Aisyah akhirnya meninggal dunia pada 117 Hijriyah.

Selama hidupnya, Aisyah mengabdikan diri untuk beribadah kepada Allah SWT dan menggali ilmu agama serta menyebarkannya. Tidak hanya itu, Aisyah binti Sa’ad juga tercatat sebagai wanita terakhir yang tersisa dari kaum Muhajirin. Dia mengatakan, ‘’Demi Allah, tidak ada yang tersisa dari keturunan Muhajirin selain diriku.’’


Sumber
: Republika.co.id

Kemarau Panjang Tahun 2019 hingga 2022?


BADAN Meteorologi dan Geofisika menyatakan bahwa akan terjadi kemarau panjang yang akan melanda dunia. Diperkirakan kemarau panjang tersebut akan dimulai tahun 2019 hingga 2022. Cadangan air dunia saat ini hanya tersisa 3% saja. Lalu apa artinya informasi ini bagi kita?

Artinya adalah keluarnya Dajjal telah sangat dekat. Dan munculnya Imam Mahdi telah berada di tengah-tengah kita, tanpa kita sadari. Ini berarti apa yang disabdakan Rasulullah telah terbukti.

Dalam hadits tentang kisah Tamim Ad-Dari, keluarnya Dajjal di tandai dengan keringnya danau Thabariyyah (Tiberias), keringnya mata air Zughar, dan pohon kurma Baisan tidak berbuah lagi. Dan jika kita mengikuti perkembangan informasi terakhir tentang tiga pertanda tersebut, sudah nyata terjadi.

Sudah dua tahun ini, pohon kurma di Baisan tidak berbuah lagi. Diikuti dengan semakin minusnya mata air Zughar. Dan yang paling mencengangkan adalah surutnya air di danau Tiberias di Israel sudah sangat mengkhawatirkan.

Sedemikian, sehingga pemerintah Israel sibuk mencari sumber air lain. Salah satunya perencanaan penyulingan air laut. Dalam hadits lain dikatakan bahwa Dajjal akan keluar dari sarangnya ditandai setelah terjadi kemarau dan kekeringan selama kurun waktu 3 tahun. Dan sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Badan Meteorologi dan Geofisika telah memperkirakan kekeringan panjang akan dimulai tahun 2019 hingga 2022.

Jika di antara kita ada yang pernah berhaji dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, maka insya Allah pernah berjumpa dengan “calon Imam Mahdi” di dekat Ka’bah. Dan hanya orang-orang khusus saja yang mengetahui tanda tandanya. Dan kemunculan Imam Mahdi ini seperti yang pernah di nubuwahkan oleh Rasulullah adalah ditandai wafatnya Raja yang namanya bermakna nama hewan.

Bisa jadi ia adalah Raja Fahd (Fahd: singa). Setelah itu terjadi perselisihan. Dan naik tahta raja yang banyak dosa, kemudian meninggal, kemudian muncul raja yang baik. (Bisa jadi ia adalah Raja Salman). Wallahu a’lam.

Di masa atau setelah masa pemerintahan Raja Salman inilah terjadinya pembai’atan atas Imam Mahdi. Dari pertanda ayat-ayat qauniyah tersebut, kesimpulannya adalah akhir dari fananya dunia ini sudah demikian dekat.

Marilah kita berbuat baik semaksimal mungkin, dan ajaklah setiap berjumpa dimanapun untuk semakin bersungguh sungguh memperbanyak amal akhirat.

Waallahu a’lam bi showab. []

Artikel ini beredar viral di media sosial utamanya di WhatsApp. Kami kesulitan menghubungi dan menyertakan sumber pertama. Judul oleh Redaksi dengan tanpa mengubah konten.

Sumber: Islampos.com

Meneladani Makhluk Allah SWT yang Bernama Lebah


ALAM semesta beserta organisme yang hidup di dalamnya adalah salah satu hal yang diterangkan Alquran. Binatang, misalnya. Terdapat beberapa hewan yang dikisahkan Alquran agar umat dapat memetik pelajaran serta hikmah dari kehidupannya.

Salah satu binatang yang dituliskan dalam Alquran adalah lebah. Penjelasannya termaktub dalam surah an-Nahl. Dari surah tersebut, umat dapat mencontoh gaya hidup yang dipraktikkan oleh lebah.

Menurut Adnan Oktar atau biasa dikenal Harun Yahya, seorang ilmuwan dan dai terkemuka asal Ankara, Turki, lebah memang serangga mungil yang tak mampu berpikir. Tetapi, mereka mampu menyelesaikan pekerjaan besar yang tak dapat disepelekan manusia. Sebab, pekerjaan tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus.

Salah satu hal yang layak ditiru dari lebah adalah kekompakannya dalam mencapai sebuah tujuan bersama. Misalnya, ketika mereka membuat sarang. Secara gigih dan sungguh-sungguh, mereka mengerjakan tugasnya masing-masing guna meraih tujuan tersebut.

Lebah memang insekta sosial yang senantiasa hidup gotong royong dan saling ketergantungan. Pembagian tugas dan tanggung jawabnya sangat tertib, disiplin, dan didasarkan pada kesadaran diri masing-masing guna tercapainya tujuan atau cita-cita bersama.

Hal tersebut  belum tentu dapat dilakukan manusia. Ketika membentuk sebuah organisasi, misalnya, manusia acap kali tak mampu saling membantu dan bekerja sama.

Akibatnya, tujuan yang diimpikan gagal dicapai. Selain itu,  lebah juga selalu mengonsumsi makanan yang baik dan menghasilkan yang baik pula. Lebah selalu berupaya mengonsumsi makanan yang baik dan murni. Dalam konteks ini adalah bunga-bunga yang segar dan tidak dalam kondisi layu.

Ketika mengisap nektar bunga, lebah juga akan membawa serbuk sari bunga tersebut kepada bunga lain yang dihinggapinya. Dengan demikian, lebah tak hanya mengambil, tapi juga memberikan kehidupan untuk bunga lainnya. Dari proses tersebut lebah akhirnya dapat menghasilkan madu.

Sebuah zat yang memiliki banyak manfaat, khasiat, dan menjadi sebuah produk atau komoditas yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

Bertolak dari hal itu, manusia juga sudah sepatutnya mencontoh lebah ketika mencari dan mengonsumsi makanan. Yakni, makanan yang baik dan didapatkan dengan cara yang baik pula. Dalam konteks ini tidak bertentangan dengan hukum Allah SWT. Sebab, Allah SWT telah berfirman tentang hal tersebut.

Misalnya, dalam surah al-Baqarah ayat 168 yang berbunyi, "Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu."

Kemudian, hal berikutnya yang layak ditiru dari lebah adalah kegigihannya dalam bekerja. Harun Yahya menulis,  tak diragukan lagi bahwa lebah merupakan serangga pekerja keras.

Untuk mengumpulkan satu kilogram madu saja, seekor lebah dapat menempuh perjalanan puluhan, bahkan ratusan kilometer untuk mencari bunga-bunga segar. Dengan tubuhnya yang mungil, jarak tersebut tentu tak dapat dianggap enteng.

Dari hal-hal tersebut, tak salah bila Allah SWT mewahyukan sesuatu kepada lebah. Seperti yang diterangkan dalam surah an-Nahl ayat 68 dan 69.

Selain itu, Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa perumpamaan yang tepat untuk merepresentasikan orang beriman adalah lebah. "Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya)." (HR Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar).

Sumber: Republika co id